Haul Ke-18 KH Abdussyukur : Ahli Fikih dari Martapura, Masalah Mudah Terjawab

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA – Haul Ke-18 KH Abdussyukur bin Badrun, Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam ke-8 berlangsung di Kubah KH Anang Sya’rani Arif Kampung Melayu Martapura, Kamis (28/8/2025) malam.
Salah satu murid sekaligus pengajar Ponpes Darussalam Martapura, KH Ahmad Rifani dalam mauizoh hasanah mengatakan bahwa KH Abdussyukur diakui kealimannya oleh ulama-ulama besar.
“Pernah saya berbincang-bincang dengan almarhum Guru Khatim Salman, pimpinan Ma’had Aly Darussalam Martapura. Kata beliau Rif dulu aku nyaman banar ketika ada ayah (maksudnya KH Abdussyukur), sekarang ini ngalih setelah almarhum ayah meninggal. Bila ada masalah-masalah sulit dibawa ke ayah, mudah ayah memecahkan masalah,” kata Guru Rifani mengutip perbincangan dengan KH Khatim Salman.
Baca juga: Danau Panggang Tuan Rumah MTQ Ke-51 Tingkat Kabupaten HSU 2025
Guru Rifani –panggilan akrab- waktu wafat almarhum Guru Mahmud pernah berkunjung ke KH Kasyfudin di Dalam Pagar, yang mana beliau adalah sesepuh dan alim. Saat iti Guru Mahmud bertanya, “Kamu orang mana? Saya orang Kampung Melayu, kamu dekatkah dengan Guru Abdussyukur, dekat kata saya. Aku dengan Guru Abdussyukur jauh lebih tua aku, ketika aku masihdi Ponpes Darussalam, Guru Abdussyukur masih mandian di batang banyu, dari segi umur aku lebih tua. Lalu beliau bicara, yang saikung ih kawa diulah orang tuha sakalinya,” cerita Guru Rifani menukil sebagian riwayat hidup Ayah Abdussyukur.
KH Ahmad Rifani juga pernah mendengar cerita dari KH Munawwir (cucu KH Kasyful Anwar) yang masih sekolah di Bangil, ketika itu Guru Bangil (KH Syarwani Abdan) sakit, Guru Munawwir minta temani Guru Malik bertemu Guru Bangil minta izin ingin pulang.
“Tadi baru saja KH Abdussyukur ke sini, ia masih di Jakarta, alim sekalinya, inya pang mengaji banar lawan gurunya KH Sya’rani Arif, gurunya garing ja ditungguinya,” kata Guru Bangil menurut cerita Guru Rifani.
Baca juga: Dosen ULM dan Poliban Perkuat Manajemen Usaha KUBE Berkat Ilahi Desa Pulantani
Pernah suatu hari salah satu anak KH Abdussyukur berkunjung ke Habib Abu Bakar untuk mengambil ijazah Sabilal Muhtadin (kitab bukan karangan Syeikh Muhammad Arsyad al Banjari tetapi kitab berisi zikir-zikir)
“Kamu orang mana,” tanya Habib,
“Ulun (saya) orang Kampung Melayu,”.
“Di Kampung Melayu dulu yang paling alim adalah KH Kasyful Anwar setelah meninggal yang menyambut KH Sya’rani Arif aku sering ke sana, setelah meninggal yang menyambut KH. Abdussyukur, KH Abdussyukur ini faqih (ahli fikih), aku tidak percaya orang itu alim kalau tidak bicara langsung dengan orangnya. Yang tiga orang ini kuakui kealimannya,” kata Habib Abu Bakar.
Baca juga: Kepsek dan Guru Tersangka Kasus Pelajar SD Tenggelam di Kolam, Ini Respon Praktisi Hukum
KH Ahmad Rifani juga membeberkan suatu hadist apabila meninggal seorang Wali Allah maka akan turun hujan.
“Waktu itu sangat panas, bahkan ulun mengambil penutup kepala, tapi pas waktu penguburan hari itu langsung hujan,” kata Guru Rifani menyaksikan sebagian dari karomah Tuan Guru Abdussyukur.
Muncul setengah dari karomah Guru Abdussyukur ketika meninggal pelipisnya bertuliskan Allah sebelah kanan dan Muhammad sebelah kirim serta jari-jari uratnya membentuk lafaz Allah. (Kanalkalimantan.com/ahmad mursyidi)
Reporter: ahmadmursyidi
Editor: bie
Artikel Haul Ke-18 KH Abdussyukur : Ahli Fikih dari Martapura, Masalah Mudah Terjawab pertama kali tampil pada Kanal Kalimantan.
Komentar
Posting Komentar